Kamis, 31 Mei 2012

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Muara Jambi

Tulisan ini  telah dimuat dalam buku : Muaro Jambi (Dulu, Sekarang, Dan Esok)
diterbitkan oleh Balai Arkeologi Palembang

1.  Lokasi dan Keadaan Lingkungan Desa Muara Jambi
1.1. Administratif
Desa Muara Jambi secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi. Pada saat Kabupaten Muaro Jambi belum dimekarkan, Desa Muara Jambi tergabung ke dalam Kecamatan Sakernan Kabupaten Batanghari.
Berdasarkan arah mata angin, wilayah Desa Muara Jambi secara administratif berbatasan dengan beberapa wilayah, antara lain. Di sebelah Barat desa memiliki batas Desa Jambi Kecil dengan tanda batasnya adalah Candi kedaton. Di sebelah timur, Desa Muara Jambi berbatasan dengan Desa Kemingkin Luar dan Muaro Selat. Sementara itu di pada arah Utara Desa Muara Jambi memiliki batas dengan Danau Lamo. Dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kemingking Dalam.
Dilihat dari jarak orbitruasi Desa Muara Jambi dengan Ibu Kota Propinsi Jambi dan Sengeti sebagai pusat pemerintahan Kabupeten Muaro Jambi, antara lain berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Jambi dan 30 kilometer dari ibu kota Kabupaten Muaro Jambi.
Untuk bisa sampai ke Desa Muara Jambi dapat dilakukan dengan dua alternatif, pertama melakukan perjalanan dengan mengunakan jalur darat dan yang kedua adalah dengan mengunakan jalur sungai. Akses dengan mengunakan jalan darat dapat ditempuh melalui dua arah dari Kota Jambi. Akses jalan yang pertama dapat ditempuh dari kota Jambi melalui jembatan Aur Duri dan menempuh jalan yang menuju ke Desa Jambi Kecil yang menjadi pintu masuk ke Desa Muara Jambi atau melalui jembatan aur duri menuju Desa Olak Kemang hingga menuju ke Desa Muara Jambi. Akses jalan kedua dari Jambi dapat ditempuh melalui jalan raya yang melewati Pelabuhan Talang Duku hingga sampai ke Desa Kemingking Dalam. Kekhasan jalur ini adalah adanya boat penyeberangan yang menjadi alat penyeberangan bagi orang dan sepeda motor untuk bisa ke perkampungan Desa Muara Jambi.
Jalur akses yang kedua adalah memanfaatkan jalur sungai. Jika melalui jalur sungai, lama perjalanan lebih kurang 20 menit dengan menggunakan speed boat. Sebelum adanya sarana jalan darat yang menuju ke Desa Muara Jambi. Jalur sungai merupakan sarana transportasi utama yang bisa digunakan untuk bisa sampai di Desa Muara Jambi. Ketek masyarakat Muara Jambi menyebut perahu yang dilengkapi dengan mesin tempel sebagai tenaga pendorong. Sarana transportasi ini tidak lagi dimanfaatkan masyarakat sebagai alat transportasi mereka untuk ke kota Jambi atau tempat lainnya. Beberapa ketek yang masih ada saat ini digunakan hanya untuk mengangkut barang ke kapal.
Pada saat ini Desa Muara Jambi memiliki wilayah pemerintahan desa yang terdiri atas dua dusun, yaitu : Dusun Sungai Melayu dan Dusun Danau Kelari. Kedua wilayah dusun ini dibagi atas 9 RT. Wilayah RT 1 hingga RT 5 berada dalam wilayah Dusun Sungai Melayu sedangkan RT 6 sampai RT 9 berada dalam lingkungan Dusun Danau kelari.
Dilihat dari penyebaran pemukiman masyarakat berdasarkan lingkungan di Desa Muara Jambi. RT 1 dan RT 2 memiliki wilayah yang terpisah dengan wilayah RT yang ada di Dusun Sungai Melayu dan Dusun Danau Kelari. Kedua RT ini berada di wilayah selatan desa yang mana daerah ini dipisahkan oleh sungai Batanghari dengan wilayah sebelah utara desa yang lebih padat penduduk dan luas wilayahnya. Demikian juga dengan keberadaan situs percandian yang ada di Desa Muara Jambi. Lokasi yang paling banyak ditemukannya candi berada di wilayah utara Desa Muara Jambi.
Secara adat wilayah Muara Jambi digambarkan dalam Piagam Muara Jambi yang berbunyi :         
         
        Dari Muaro Selat menyeberang ke tanggo papan
            Dari tanggo papan terus ke buluran bumban
            Terus ke pinang rajo mengkuang
            Berlayar menyeberang olak tahi besi
            Dari sini langsung ke sungai seno (kedaton)
            Langsung ke keliling
            Langsung ke hilir
            Sampai ke duren sekat
            Langsung ke selat”

Gambar 1:
Peta Letak Lokasi Desa Muara Jambi dari Kota Jambi

1.2. Geografis
Desa Muara Jambi merupakan desa yang memiliki bentangan alam di mana wilayahnya dibelah oleh aliran sungai Batanghari yang mengalir dari hulu ke hilir desa sepanjang 2 Km. Secara astronomis desa ini diperkirakan berada pada 1030 22’ BT hingga 1030 45’ BT dan 10 24’ LS hingga 10 33’ LS.
 Secara keseluruhan wilayah Desa Muara Jambi berada di ketinggian 8 hingga 12 meter dari permukaan laut. Berdasarkan ketinggian ini lingkungan alam Desa Muara Jambi merupakan dataran rendah. Dilihat secara keseluruhan berada di daerah kawasan dataran rendah hutan tropis Sumatera. Beberapa  titik di wilayah ini sering mengalami banjir pada musim hujan dan ketika terjadi pasang di Sungai Batanghari. Tingginya intensitas banjir di wilayah ini dapat dilihat dari debit air banjir yang sering melanda daerah ini hingga ketinggian 6 meter. Umumnya daerah yang sering dilanda banjir  merupakan bekas daerah rawa dan daerah resapan air yang pada saat sekarang telah berubah fungsi menjadi pemukiman dan aktivitas pertanian.
Adanya periode banjir yang datang secara berkala melanda kawasan ini, menjadi salah satu indikator  pendorong  adanya sungai buatan yang dibangun manusia pada masa lalu untuk mengatasi dan meminimalisir debit air banjir yang datang. Di dalam wilayah Desa Muara Jambi terdapat 3 tanggul alam kuno (natural levee) yang berada di utara wilayah desa. Masyarakat Muara Jambi menyebut ketiga tanggul atau parit tersebut dengan nama Sekapung, Buluh dan Johor. Ketiga tanggul ini saling berhubungan dan merupakan saluran bagi aliran Sungai Batanghari yang masuk menuju ke arah utara. Di wilayah selatan terdapat sebuah sungai kecil yang disebut masyarakat dengan nama Sungai Jambi. Aliran sungai ini mengikuti aliran Sungai Batanghari menuju Danau Kelari yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

1.3. Lingkungan Alam
1.3.1. Fisik
Dahulu daerah ini merupakan kawasan hutan yang sangat lebat. Seiring dengan perubahan pola hidup dan kebutuhan manusia. Daerah kawasan hutan di Desa Muara Jambi telah banyak berubah fungsi dan diperkirakan telah habis. Umumnya daerah bekas hutan telah berubah fungsi menjadi area perladangan, persawahan, perkebunan dan ada juga berupa rawa yang dikelilingi padang ilalang (atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan sematang). Pada masa sekarang beberapa kawasan telah berubah menjadi lahan perkebunan perusahaan.
Keberadaan Sungai Batanghari sangat kuat mempengaruhi terjadinya perubahan permukaan lahan yang ada di Muara Jambi semenjak dahulunya. Dengan wilayah yang berada di dataran rendah pantai timur pulau Sumatera. Wilayah ini semenjak dahulunya menjadi bulan-bulanan banjir yang datang dari daerah hulu. Endapan lumpur yang mengenangi daerah ini setiap tahunnya secara tidak langsung telah membentuk pola permukaan lahan. Dampak dari kondisi ini, beberapa ahli memperkirakan dataran yang ada di Muara Jambi merupakan delta purba yang terbentuk akibat timbunan lumpur dari kiriman banjir yang terjadi setiap tahun.
Dampak lain dari pola banjir yang berlangsung secara periodik telah membentuk daratan yang makin lama semakin meninggi hingga menyerupai tanggul. Umumnya daerah ini berada di daerah selatan desa yang berbatasan langsung dengan Sungai Batanghari. Ke arah utara wilayah desa kondisi lahan yang ada memiliki tingkat ketingian lebih rendah. Umumnya lahan yang ada di daerah ini merupakan daerah yang selalu digenangi air (berawa). 

1.3.2. Iklim
Pembagian musim di daerah ini relatif sama dengan pembagian musim yang berlangsung di wilayah Negara Indonesia lainnya, dipengaruhi oleh dua musim yakni musim hujan dan musim panas. Pengaruh musim ini berpengaruh terhadap kegiatan dan aktivitas masyarakat. Perbedaan kedua musim ini dalam sistem pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Desa Muara Jambi dibedakan atas musim begawe atau be[h]umo dan musim bekebun. Pada musim begawe/be[h]umo berlangsung dari bulan Mei yang diawali dengan menanam benih padi hingga bulan November yang merupakan masa memanen. Pada musim bekebun merupakan masa melakukan aktivitas di daerah sematang.
Umumnya kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah menanam tanaman cabe atau tomat serta jenis tanaman kebun yang lain seperti coklat (kakao), pisang dan lainnya. Pada masa ini ditandai juga dengan aktivitas panen buah duku dan durian yang mereka miliki. Secara tidak langsung pada periode ini berlangsung dua kegiatan yang dilakukan masyarakat yaitu menjaga kebun duren dan duku mereka dari ganguan binatang dan pencuri sembari melakukan aktivitas bercocok tanam jenis tanaman lainnya. Aktivitas ini berlangsung dari bulan Desember hingga April.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata Situs Muarajambi (1985 – 1988). Pembagian musim dan aktivitas yang dilakukan masyarakat seperti yang diuraikan sebelumnya. Dapat digambarkan juga melalui tingkat curah hujan yang turun sepanjang tahunnya. Desa Muara Jambi sepanjang tahun menerima hujan dalam jumlah besar, rata-rata 2.657 mm setahun, dengan jumlah hari hujan sebanyak 110 hari. Bulan Agustus tercatat sebagai bulan kering dengan debit hujan yang turun sekitar 91 milimiter air hujan dalam empat minggu. Sementara bulan November hingga Mei merupakan bulan basah. Tingginya tingkat curah hujan pada periode ini dapat dilihat dari sering meluapnya air Sungai Batanghari. Suhu udara lokal tidak memperlihatkan perbedaan berarti setiap pengantian musim. Suhu rata-rata adalah 25 derajat celsius.

(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar