Tulisan ini telah dimuat dalam buku : Muaro Jambi (Dulu, Sekarang, Dan Esok)
diterbitkan oleh Balai Arkeologi Palembang
1. Lokasi dan Keadaan
Lingkungan Desa Muara Jambi
1.1. Administratif
Desa Muara Jambi secara administrasi berada dalam wilayah
Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi. Pada saat Kabupaten Muaro Jambi
belum dimekarkan, Desa Muara Jambi tergabung ke dalam Kecamatan Sakernan
Kabupaten Batanghari.
Berdasarkan arah mata angin, wilayah Desa Muara Jambi secara
administratif berbatasan dengan beberapa wilayah, antara lain. Di sebelah Barat
desa memiliki batas Desa Jambi Kecil dengan tanda batasnya adalah Candi
kedaton. Di sebelah timur, Desa Muara Jambi berbatasan dengan Desa Kemingkin
Luar dan Muaro Selat. Sementara itu di pada arah Utara Desa Muara Jambi
memiliki batas dengan Danau Lamo. Dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Kemingking Dalam.
Dilihat dari jarak orbitruasi Desa Muara Jambi dengan Ibu
Kota Propinsi Jambi dan Sengeti sebagai pusat pemerintahan Kabupeten Muaro
Jambi, antara lain berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Jambi dan 30
kilometer dari ibu kota Kabupaten Muaro Jambi.
Untuk bisa sampai ke Desa Muara Jambi dapat dilakukan
dengan dua alternatif, pertama melakukan perjalanan dengan mengunakan jalur
darat dan yang kedua adalah dengan mengunakan jalur sungai. Akses dengan
mengunakan jalan darat dapat ditempuh melalui dua arah dari Kota Jambi. Akses
jalan yang pertama dapat ditempuh dari kota Jambi melalui jembatan Aur Duri dan
menempuh jalan yang menuju ke Desa Jambi Kecil yang menjadi pintu masuk ke Desa
Muara Jambi atau melalui jembatan aur duri menuju Desa Olak Kemang hingga
menuju ke Desa Muara Jambi. Akses jalan kedua dari Jambi dapat ditempuh melalui
jalan raya yang melewati Pelabuhan Talang Duku hingga sampai ke Desa Kemingking
Dalam. Kekhasan jalur ini adalah adanya boat penyeberangan yang menjadi alat
penyeberangan bagi orang dan sepeda motor untuk bisa ke perkampungan Desa Muara
Jambi.
Jalur akses yang kedua adalah memanfaatkan jalur sungai. Jika melalui jalur
sungai, lama perjalanan lebih kurang 20 menit dengan menggunakan speed
boat. Sebelum adanya sarana jalan darat yang menuju ke Desa Muara Jambi.
Jalur sungai merupakan sarana transportasi utama yang bisa digunakan untuk bisa
sampai di Desa Muara Jambi. Ketek
masyarakat Muara Jambi menyebut perahu yang dilengkapi dengan mesin tempel
sebagai tenaga pendorong. Sarana transportasi ini tidak lagi dimanfaatkan
masyarakat sebagai alat transportasi mereka untuk ke kota Jambi atau tempat
lainnya. Beberapa ketek yang masih
ada saat ini digunakan hanya untuk mengangkut barang ke kapal.
Pada saat ini Desa Muara Jambi memiliki wilayah
pemerintahan desa yang terdiri atas dua dusun, yaitu : Dusun Sungai Melayu dan
Dusun Danau Kelari. Kedua wilayah dusun ini dibagi atas 9 RT. Wilayah RT 1
hingga RT 5 berada dalam wilayah Dusun Sungai Melayu sedangkan RT 6 sampai RT 9
berada dalam lingkungan Dusun Danau kelari.
Dilihat dari penyebaran pemukiman masyarakat berdasarkan
lingkungan di Desa Muara Jambi. RT 1 dan RT 2 memiliki wilayah yang terpisah
dengan wilayah RT yang ada di Dusun Sungai Melayu dan Dusun Danau Kelari. Kedua
RT ini berada di wilayah selatan desa yang mana daerah ini dipisahkan oleh
sungai Batanghari dengan wilayah sebelah utara desa yang lebih padat penduduk
dan luas wilayahnya. Demikian juga dengan keberadaan situs percandian yang ada
di Desa Muara Jambi. Lokasi yang paling banyak ditemukannya candi berada di
wilayah utara Desa Muara Jambi.
Secara adat wilayah Muara Jambi digambarkan dalam Piagam
Muara Jambi yang berbunyi :
”Dari Muaro Selat menyeberang ke tanggo papan
Dari tanggo papan terus ke buluran
bumban
Terus ke pinang rajo mengkuang
Berlayar menyeberang olak tahi besi
Dari sini langsung ke sungai seno
(kedaton)
Langsung ke keliling
Langsung ke hilir
Sampai ke duren sekat
Langsung ke selat”
Gambar 1:
Peta Letak
Lokasi Desa Muara Jambi dari Kota Jambi
|
1.2. Geografis
Desa Muara Jambi merupakan desa yang memiliki bentangan
alam di mana wilayahnya dibelah oleh aliran sungai Batanghari yang mengalir
dari hulu ke hilir desa sepanjang 2 Km. Secara astronomis desa ini diperkirakan
berada pada 1030 22’ BT hingga 1030 45’ BT dan 10 24’
LS hingga 10 33’ LS.
Secara keseluruhan wilayah Desa Muara Jambi berada di
ketinggian 8 hingga 12 meter dari permukaan laut. Berdasarkan ketinggian ini
lingkungan alam Desa Muara Jambi merupakan dataran rendah. Dilihat secara
keseluruhan berada di daerah kawasan dataran rendah hutan tropis Sumatera.
Beberapa titik di wilayah ini sering
mengalami banjir pada musim hujan dan ketika terjadi pasang di Sungai
Batanghari. Tingginya intensitas banjir di wilayah ini dapat dilihat dari debit
air banjir yang sering melanda daerah ini hingga ketinggian 6 meter. Umumnya
daerah yang sering dilanda banjir
merupakan bekas daerah rawa dan daerah resapan air yang pada saat
sekarang telah berubah fungsi menjadi pemukiman dan aktivitas pertanian.
Adanya periode banjir yang datang secara berkala melanda
kawasan ini, menjadi salah satu indikator pendorong
adanya sungai buatan yang dibangun manusia pada masa lalu untuk
mengatasi dan meminimalisir debit air banjir yang datang. Di dalam wilayah Desa
Muara Jambi terdapat 3 tanggul alam kuno (natural
levee) yang berada di utara wilayah desa. Masyarakat Muara Jambi menyebut
ketiga tanggul atau parit tersebut dengan nama Sekapung, Buluh dan Johor. Ketiga
tanggul ini saling berhubungan dan merupakan saluran bagi aliran Sungai
Batanghari yang masuk menuju ke arah utara. Di wilayah selatan terdapat sebuah
sungai kecil yang disebut masyarakat dengan nama Sungai Jambi. Aliran sungai
ini mengikuti aliran Sungai Batanghari menuju Danau Kelari yang berfungsi
sebagai daerah resapan air.
1.3. Lingkungan Alam
1.3.1. Fisik
Dahulu daerah ini merupakan kawasan hutan yang sangat
lebat. Seiring dengan perubahan pola hidup dan kebutuhan manusia. Daerah kawasan
hutan di Desa Muara Jambi telah banyak berubah fungsi dan diperkirakan telah
habis. Umumnya daerah bekas hutan telah berubah fungsi menjadi area
perladangan, persawahan, perkebunan dan ada juga berupa rawa yang dikelilingi
padang ilalang (atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan sematang). Pada masa sekarang beberapa
kawasan telah berubah menjadi lahan perkebunan perusahaan.
Keberadaan Sungai Batanghari sangat kuat mempengaruhi
terjadinya perubahan permukaan lahan yang ada di Muara Jambi semenjak dahulunya.
Dengan wilayah yang berada di dataran rendah pantai timur pulau Sumatera.
Wilayah ini semenjak dahulunya menjadi bulan-bulanan banjir yang datang dari
daerah hulu. Endapan lumpur yang mengenangi daerah ini setiap tahunnya secara
tidak langsung telah membentuk pola permukaan lahan. Dampak dari kondisi ini,
beberapa ahli memperkirakan dataran yang ada di Muara Jambi merupakan delta
purba yang terbentuk akibat timbunan lumpur dari kiriman banjir yang terjadi
setiap tahun.
Dampak lain dari pola banjir yang berlangsung secara
periodik telah membentuk daratan yang makin lama semakin meninggi hingga
menyerupai tanggul. Umumnya daerah ini berada di daerah selatan desa yang
berbatasan langsung dengan Sungai Batanghari. Ke arah utara wilayah desa
kondisi lahan yang ada memiliki tingkat ketingian lebih rendah. Umumnya lahan
yang ada di daerah ini merupakan daerah yang selalu digenangi air (berawa).
1.3.2. Iklim
Pembagian musim di daerah ini relatif sama dengan
pembagian musim yang berlangsung di wilayah Negara Indonesia lainnya,
dipengaruhi oleh dua musim yakni musim hujan dan musim panas. Pengaruh musim
ini berpengaruh terhadap kegiatan dan aktivitas masyarakat. Perbedaan kedua
musim ini dalam sistem pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Desa Muara
Jambi dibedakan atas musim begawe atau
be[h]umo dan musim bekebun. Pada musim begawe/be[h]umo
berlangsung dari bulan Mei yang diawali dengan menanam benih padi hingga bulan
November yang merupakan masa memanen. Pada musim bekebun merupakan masa melakukan aktivitas di daerah sematang.
Umumnya kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah
menanam tanaman cabe atau tomat serta jenis tanaman kebun yang lain seperti
coklat (kakao), pisang dan lainnya. Pada masa ini ditandai juga dengan
aktivitas panen buah duku dan durian yang mereka miliki. Secara tidak langsung
pada periode ini berlangsung dua kegiatan yang dilakukan masyarakat yaitu
menjaga kebun duren dan duku mereka dari ganguan binatang dan pencuri sembari
melakukan aktivitas bercocok tanam jenis tanaman lainnya. Aktivitas ini
berlangsung dari bulan Desember hingga April.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata Situs Muarajambi
(1985 – 1988). Pembagian musim dan aktivitas yang dilakukan masyarakat seperti
yang diuraikan sebelumnya. Dapat digambarkan juga melalui tingkat curah hujan
yang turun sepanjang tahunnya. Desa Muara Jambi sepanjang tahun menerima hujan
dalam jumlah besar, rata-rata 2.657 mm setahun, dengan jumlah hari hujan
sebanyak 110 hari. Bulan Agustus tercatat sebagai bulan kering dengan debit
hujan yang turun sekitar 91 milimiter air hujan dalam empat minggu. Sementara
bulan November hingga Mei merupakan bulan basah. Tingginya tingkat curah hujan
pada periode ini dapat dilihat dari sering meluapnya air Sungai Batanghari.
Suhu udara lokal tidak memperlihatkan perbedaan berarti setiap pengantian
musim. Suhu rata-rata adalah 25 derajat celsius.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar