Selasa, 26 Juni 2012

Parang Pisang

Tradisi ini merupakan sebuah adat yang masih berlangsung dalam kehidupan masyarakat Nagari Surantih. Nagari Surantih merupakan sebuah daerah yang berada di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan masyarakat di Surantih adalah sebuah tradisi yang mereka kenal sebagai tradisi parang pisang.

Pasangan Anak Sumbang
Parang Pisang adalah upacara melepaskan bathin anak sumbang[1]. Upacara ini dilaksanakan oleh keluarga yang memiliki anak sumbang, maka keluarga dari Bapak (bako[2]) dan Juga dari pihak keluarga ibu si anak sumbang. berperang dengan mengunakan pisang sebagai senjata. Upacara ini dilaksanakan setelah kesepakatan antara pihak bako dengan kaum dari ibu si anak sumbang. Pada hari yang telah ditentukan kedua belah pihak  menyediakan pisang yang telah direbus untuk dijadikan amunisi perang.

Simuntu berpakain daun pisang kering
Pihak bako bersama-sama karib kerabat yang telah diucok akan datang ke rumah kaum dari ibu si anak dengan membawa antaran yang beragam. Demikian juga dari kaum dari ibu si anak sumbang menunggu kedatangan bako si anak. Kedatangan rombongan bako diiringi dengan kesenian sarunai[3] dan talempong[4] beserta tarian Simuntu. Ke dua belah pihak memiliki satu/dua Simuntu yang merupakan orang bertopeng dengan pakaian daun pisang yang berfungsi sebagai panglima perang.

Rombongan Bersama Simutu

Ketika rombongan sampai di halaman kediaman keluarga ibu si anak, maka kedua belah pihak melantunkan kata bersambut dan adat basa-basi untuk menentukan pilihan anak yang akan diambil oleh pihak bakonya. Dalam tawar menawar itu terjadilah perselihan karena masing-masing pihak tetap dengan pilihannya. Karena tidak terjadinya kata sepakat, maka di bawah komando simuntu  terjadilah parang pisang antara kedua kubu. Perang ini dilakukan oleh kaum perempuan sedangkan kaum laki-laki hanya boleh menyaksikan saja.
Setelah dilakukan parang pisang beberapa saat, kemudian kedua belah pihak berunding lagi untuk menentukan anak yang mana yang akan dibawa oleh “induak bakonya”. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memisahkan bathin secara lahir si kembar agar kemudian hari tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan jiwa kedua anak tersebut dalam hukum adat dan syarak. Hal ini didasarkan pada pandangan masyarakat bahwa anak yang lahir kembar sepasang (Sumbang) satu laki-laki dan satu perempuan dianggap telah kawin secara bathin meskipun berasal dari satu darah keturunan. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran adat dan syarak di kemudian hari oleh anak sumbang tersebut maka diadakanlah parang pisang untuk memeranginya supaya bathin keduanya lepas dan lupa akan perkawinan bathin  itu.


[1] Anak sumbang adalah anak kembar dua sejoli, satu laki, satu perempuan.
[2] Bako adalah seluruh famili dari pihak keluarga ayah.
[3] Sarunai merupakan alat musik tiup tradisional Minangkabau yang terbuat dari bambu/buluh
[4] Talempong merupakan alat musik pukul yang terbuat dari tembaga/kuningan.

2 komentar:

  1. saya liat ini, terjadi juga di Ampalu Surantih, kelihatannya yang (pakai topi kaca mata hitam) gambar 1 itu, namanya roni, itu kalau tidak salah. tq telah mengangkat ceritanya. dinatajamal@yahoo.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dapat memahami komentar yang bapak jamal sampaikan. mungkin tanggapan saya ini masih ada kaitannya dengan tulisan Anak Naiak. Secara kewilayaham nagari surantih adalah sebuah wilayah nagari yang sangat luas. wilayah ini terdiri atas 13 kampung atau jorong, bila ditarik secara garis lurus dari pantai hingga ke kampung paling ujung (langgai) yang berbatasan langsung dengan wilayah Muaralabuh adalah sepanjang 35 km. Pantasnya wilayah ini menjadi sebuah kecamatan. Namun berkaitan dengan sejarah asal usul nagari. inilah wilayah adat Nagari Surantih sebelum dipecah menjadi desa pada akhir tahun 70an. setelah adanya otonomi daerah (kembali ke nagari), wilayah yang sudah dipecah-pecah menjadi 13 desa tersebut kembali disatukan dalam wilayah administrasi Nagari Surantih. terkait dengan dokumentasi diatas, saya rasa dugaan bapak benar. seingat saya, foto ini diambil pada saat acara pawai perayaan kemerdekaan yang berusaha menampilkan tradisi-tradisi dan budaya di nagari surantih. (lokasi pasar nagari surantih)

      Hapus